Pengrajin Eceng Gondok
Sebaik-baiknya
manusia adalah yang yang bermanfaat bagi sesamanya, prinsip inilah yang yang
menjadi pedoman Supardi seorang pembuat aksesories yang menggunakan “eceng
gondok” sebagai bahan utamanya. Bekerja serabutan tak menggoyahkan imannya berikhtiar
menjalani hidup. Supardi dan istrinya wiwit manfaati, alamat Gebraun Indah
Permai Blok C No.46 Surabaya.
Awal mula pada tahun 2007 memang bisa dibilang supardi keluarga miskin, pekerja serabutan, dan sebagai penjual bunga yang juga sebagai supir enkav dengan penghasilan kurang mencukupi. Berawal dari masalah ekonomi yang dialami, misalnya kesulitan membayar SPP untuk anaknya, makan, dan lain-lain. Sehingga memaksa kami untuk menjual dan membuat kerajinan yang bisa ditekuni ini, mau tidak mau inilah yang harus dikembangkan. Bahwa Allah memberi jalan untuk hidup kami sekeluarga, sehingga dengan tekad yang bulat dan tekad yang besar dengan hati yang iklhlas, tabah dan optimis akhirnya di geluti bersama sang istri dan keluarganya.
Pada
bulan maret 2007 ada pelatihan kerajinan eceng gondok di adakan oleh pemerintah
Jawa Timur sebanyak 30 peserta dan dari 30 peserta itu salah satunya adalah
istri supardi, setelah kerajinan bagus melalui 8 – 9 kali mereka kerjakan berkali-kali
sehingga bisa dilihat bahwa produknya layak dijual, terbukti pada saat tetangga
melihat dan mengatakan bahwa produknya bagus di sarankan oleh supardi untuk
mengambilnya dan tidak usah membayar sebagai bentuk penghargaan pada tetangga.
Kesulitan
kerajinan itu adalah perlu adanya ketelatenan, kemudian kerapihan dan yang
utama adalah kita harus sabar, misalnya mengambil bahan utama dari waduk saja
jika musim kering lamanya 1 minggu baru kering, kemudian menganyam lalu diberi
aksesories yang lain, tidak bisa instan yang artinya butuh proses eceng gondok
menjadi bentuk kerajinan. Tidak semua pekerjaan selalu berprinsip “bahwa pagi
kerja sore dapat uang” dan pada kenyataannya tidak seperti itu, dan itulah
kendala yang membuat pengrajin itu tidak sabar untuk menanti rejeki yang
datang. Kita harus senantiasa berinovasi, kurang lebih ada 60 item kerajinan
yang sudah dibuat mulai dari yang kecil sampai yang besar. Mulai harga Rp. 5
ribu sampai harga Rp. 800 ribu.
Ada
juga kendala yang ditemui bisanya kalau musim hujan yaitu kesulitan
mengeringkan dan itu kendala utama kami (mengeringkan sampai dengan 2 minggu)
itupun harus di bantu dengan obat pengering rumput agar eceng gondok itu cepat
kering. Ada beberapa warga binaan kami seperti membina ditempat lokalisasi yang
ada di dupak pengusari dari berbagai macam kerajinan, dan juga membina
anak-anak yang ada di dusun Liponcos Keputih, dan ada juga di dusun Liponcos Iniwonrejo,
dari anak-anak kampung negeri (anak-anak jalanan) kemudian ada juga napsa
(orang-orang yang terkena narkoba).
Bagaimana
orang-orang itu bisa dan memiliki keterampilan dalam bentuk kerajinan atau
usaha yang bisa untuk menapaki hidup yang serba sulit seperti sekarang ini. Kami
juga memikirkan bagaimana saudara-saudara kita bisa juga terangkat
perekonomiannya minimal seperti kami (bagi warga yang membutuhkan). Berdasarkan
hadist yang mengatakan bahwa “Sebaik-baiknya manusia itu adalah yang ada
manfaatnya kepada manusia yang lain”. Alhamdulilah 2014 kemarin Supardi dinobatkan
sebagai Best Of The Best Creative Industry Kota Surabaya” rasanya kami ingin
terus meningkatkan apa yang sudah bisa kami raih yaitu “Go International” dan kami ingin
bersama yang lain juga.