Selamat Datang di Blog Ely Puji Hartanti

Rabu, 20 November 2019


Pengrajin Eceng Gondok

Sebaik-baiknya manusia adalah yang yang bermanfaat bagi sesamanya, prinsip inilah yang yang menjadi pedoman Supardi seorang pembuat aksesories yang menggunakan “eceng gondok” sebagai bahan utamanya. Bekerja serabutan tak menggoyahkan imannya berikhtiar menjalani hidup. Supardi dan istrinya wiwit manfaati, alamat Gebraun Indah Permai Blok C No.46 Surabaya.

Awal mula pada tahun 2007 memang bisa dibilang supardi keluarga miskin, pekerja serabutan, dan sebagai penjual bunga yang juga sebagai supir enkav dengan penghasilan kurang mencukupi. Berawal dari masalah ekonomi yang dialami, misalnya kesulitan membayar SPP untuk anaknya, makan, dan lain-lain. Sehingga memaksa kami untuk menjual dan membuat kerajinan yang bisa ditekuni ini, mau tidak mau inilah yang harus dikembangkan. Bahwa Allah memberi jalan untuk hidup kami sekeluarga, sehingga dengan tekad yang bulat dan tekad yang besar dengan hati yang iklhlas, tabah dan optimis akhirnya di geluti bersama sang istri dan keluarganya.
 Pertama-tama sang istri merintis kerajinan eceng gondok sebagai hobi saja karena sudah punya dasar memiliki keterampilan membuat kerajinan hingga akhirnya ditekuni, bisa dikatakan bahwa sesuatu hal yang kecil jika ditekuni terus menerus makan akhirnya akan bisa menjadi besar. Paling tidak ada tiga prinsip memilih eceng gondok yaitu : 1) bahan dasarnya murah, 2) tempatnya dekat, 3) mudah di dapat.

Pada bulan maret 2007 ada pelatihan kerajinan eceng gondok di adakan oleh pemerintah Jawa Timur sebanyak 30 peserta dan dari 30 peserta itu salah satunya adalah istri supardi, setelah kerajinan bagus melalui 8 – 9 kali mereka kerjakan berkali-kali sehingga bisa dilihat bahwa produknya layak dijual, terbukti pada saat tetangga melihat dan mengatakan bahwa produknya bagus di sarankan oleh supardi untuk mengambilnya dan tidak usah membayar sebagai bentuk penghargaan pada tetangga.
Kesulitan kerajinan itu adalah perlu adanya ketelatenan, kemudian kerapihan dan yang utama adalah kita harus sabar, misalnya mengambil bahan utama dari waduk saja jika musim kering lamanya 1 minggu baru kering, kemudian menganyam lalu diberi aksesories yang lain, tidak bisa instan yang artinya butuh proses eceng gondok menjadi bentuk kerajinan. Tidak semua pekerjaan selalu berprinsip “bahwa pagi kerja sore dapat uang” dan pada kenyataannya tidak seperti itu, dan itulah kendala yang membuat pengrajin itu tidak sabar untuk menanti rejeki yang datang. Kita harus senantiasa berinovasi, kurang lebih ada 60 item kerajinan yang sudah dibuat mulai dari yang kecil sampai yang besar. Mulai harga Rp. 5 ribu sampai harga Rp. 800 ribu.
Ada juga kendala yang ditemui bisanya kalau musim hujan yaitu kesulitan mengeringkan dan itu kendala utama kami (mengeringkan sampai dengan 2 minggu) itupun harus di bantu dengan obat pengering rumput agar eceng gondok itu cepat kering. Ada beberapa warga binaan kami seperti membina ditempat lokalisasi yang ada di dupak pengusari dari berbagai macam kerajinan, dan juga membina anak-anak yang ada di dusun Liponcos Keputih, dan ada juga di dusun Liponcos Iniwonrejo, dari anak-anak kampung negeri (anak-anak jalanan) kemudian ada juga napsa (orang-orang yang terkena narkoba).
Bagaimana orang-orang itu bisa dan memiliki keterampilan dalam bentuk kerajinan atau usaha yang bisa untuk menapaki hidup yang serba sulit seperti sekarang ini. Kami juga memikirkan bagaimana saudara-saudara kita bisa juga terangkat perekonomiannya minimal seperti kami (bagi warga yang membutuhkan). Berdasarkan hadist yang mengatakan bahwa “Sebaik-baiknya manusia itu adalah yang ada manfaatnya kepada manusia yang lain”. Alhamdulilah 2014 kemarin Supardi dinobatkan sebagai Best Of The Best Creative Industry Kota Surabaya” rasanya kami ingin terus meningkatkan apa yang sudah bisa kami raih  yaitu “Go International” dan kami ingin bersama yang lain juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar